INSIDE POLITIK— Pemerintah Kabupaten Pesawaran terus memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam percepatan penurunan angka stunting. Komitmen tersebut ditegaskan dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Penurunan Stunting yang digelar di Balai Desa Bogorejo, Kecamatan Gedong Tataan, Kamis (15/5).
Rakor ini diikuti oleh berbagai pihak, mulai dari Dinas P3AP2KB, Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas PMD, serta para pemangku kepentingan tingkat desa dan kecamatan. Tujuannya: menyatukan langkah strategis dalam percepatan penanganan stunting berbasis data dan menyentuh langsung ke tingkat keluarga.
Kepala Dinas P3AP2KB Pesawaran, Maysuri, SE, MM, menekankan bahwa stunting bukan sekadar isu kesehatan, melainkan persoalan pembangunan jangka panjang.
“Penurunan stunting tidak bisa dilakukan sendiri. Ini kerja kolektif lintas sektor. Kita dorong edukasi gizi, PHBS, dan pemantauan tumbuh kembang anak sebagai fondasi generasi masa depan,” tegas Maysuri.
Dalam paparannya, Kabid Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda, Nurleli, menyoroti lambannya tren penurunan stunting secara nasional—hanya 0,1 persen. Hal ini menjadi alarm bagi daerah untuk meningkatkan integrasi program dan efektivitas pelaksanaan di lapangan.
Sementara itu, Kabid Kesmas Dinas Kesehatan, Trio Pranoto, merinci intervensi spesifik yang tengah dijalankan: pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri, vitamin A untuk balita, dan makanan tambahan lokal bagi ibu hamil KEK serta balita gizi kurang—semuanya tersebar di 15 Puskesmas melalui dukungan dana BOK dari Kemenkes.
Tak hanya sektor kesehatan, sektor pemberdayaan desa turut mengambil peran. Eko Maristiyawan dari Dinas PMD menyatakan bahwa Dana Desa 2025 diarahkan untuk mendukung layanan dasar, infrastruktur air bersih, dan sanitasi—sebagai faktor penting dalam pencegahan stunting.
Inovasi juga dihadirkan melalui Program GENTING (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting), sebuah inisiatif Dinas P3AP2KB yang menjembatani para donatur dengan keluarga rawan stunting. Bantuan yang diberikan mencakup makanan bergizi, edukasi, hingga fasilitas sanitasi selama masa krusial 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Pemkab Pesawaran turut mengintegrasikan teknologi dalam program ini. Sistem informasi seperti SIGA dan platform konvergensi dari Kemendagri dimanfaatkan untuk memastikan pelaporan, pengawasan, dan intervensi berjalan akurat dan tepat sasaran.
“Dengan gotong royong dan penggunaan anggaran yang efisien, kami optimis angka stunting bisa ditekan di bawah 14 persen. Ini bagian dari kontribusi nyata Pesawaran menuju generasi emas 2045,” tutup Maysuri.***