INSIDE POLITIK– Aksi demonstrasi mewarnai pelataran Dekanat Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lampung (Unila) pada Senin pagi. Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi FEB Menggugat menuntut transparansi dan keadilan atas dugaan pembungkaman kasus kekerasan dan pelanggaran etika di lingkungan organisasi kemahasiswaan (Ormawa) FEB.
Aksi dimulai sejak pukul 08.00 WIB dan memuncak saat massa menggelar orasi di depan kantor Dekanat pada pukul 10.00 WIB. Mereka membawa spanduk dan poster bertuliskan tuntutan, menyoroti lemahnya respons pihak fakultas terhadap laporan kekerasan dan intimidasi yang dialami mahasiswa.
“Kami punya rekam medis, bukti digital, dan pernyataan korban. Tapi hingga kini tidak ada tindakan tegas dari Dekanat. Ini jelas bentuk pembiaran!” tegas M. Zidan Azzakri, Jenderal Lapangan aksi.
Empat Tuntutan Utama Mahasiswa:
- Pembubaran Ormawa yang terbukti melakukan kekerasan dan pelanggaran etik.
- Penindakan tegas terhadap pelaku melalui jalur hukum dan etik kampus.
- Klarifikasi terbuka dari pihak Dekanat.
- Penghentian intimidasi dan pembungkaman terhadap korban.
Pertemuan langsung antara perwakilan massa dengan Dekan, Wakil Dekan I, dan Wakil Dekan III tak membuahkan hasil konkret. Dekanat menolak menandatangani Pakta Integritas yang diajukan mahasiswa—sebuah dokumen simbolis yang dianggap penting sebagai komitmen moral dan hukum atas tuntutan.
“Penolakan itu menunjukkan ketidakseriusan dan arogansi. Kampus seharusnya jadi tempat aman, bukan tempat di mana kekerasan dibungkam,” tegas Zidan.
Tak hanya isu kekerasan, massa juga menyuarakan krisis lain yang menghantui FEB Unila, seperti:
- Minimnya transparansi keuangan organisasi kampus,
- Evaluasi total kinerja staf,
- Buruknya fasilitas akademik, terutama di Gedung F yang kekurangan AC, proyektor, dan komputer penunjang.
Aksi ini berakhir pukul 12.00 WIB tanpa komitmen nyata dari pihak fakultas. Namun, Aliansi FEB Menggugat berjanji akan kembali turun ke jalan dalam aksi lanjutan dengan skala lebih besar jika tuntutan tak dipenuhi.
“Kami akan terus bersuara hingga keadilan benar-benar ditegakkan. FEB bukan milik elite kampus, tapi milik seluruh mahasiswa,” pungkas Zidan.***