InsidePolitik–Sungguh miris, pabrik pengolahan udang milik Kaesang Pangarep, PT Panca Mitra Multi Perdana (PMMP) yang berlokasi di Situbondo, telah menunggak gaji pekerjanya selama empat bulan terakhir.
Kondisi ini memicu keprihatinan di kalangan pekerja dan masyarakat setempat, terutama di tengah situasi ekonomi yang masih belum sepenuhnya pulih di masa transisi pemerintahan.
Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, memberikan pandangannya terkait masalah ini. Menurutnya, dampak dari penunggakan gaji yang terjadi di PMMP akan berdampak luas, terutama bagi perekonomian daerah yang sangat bergantung pada keberadaan perusahaan-perusahaan besar seperti PMMP.
“Pengangguran akan meningkat, dan dampaknya bagi ekonomi daerah sangat besar. Ekonomi daerah sangat tergantung pada perusahaan-perusahaan besar seperti ini. Jika gaji tertunggak, perputaran uang akan melambat, sehingga multiplier effect terhadap ekonomi daerah akan berkurang,” jelas Huda.
Lebih lanjut, Huda menjelaskan bahwa dampak tersebut tidak hanya dirasakan oleh pekerja, tetapi juga akan merembet ke berbagai sektor ekonomi lainnya.
Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berada di sekitar pabrik juga akan terdampak, terutama karena mereka kehilangan pelanggan dari pekerja pabrik yang mengalami keterlambatan pembayaran gaji.
“UMKM di sekitar pabrik akan kehilangan pelanggan, yang pada akhirnya juga memengaruhi rantai pasokan bahan baku dan aspek ekonomi lainnya,” tambahnya.
Situasi di pabrik PMMP menjadi lebih panas pada Rabu (23/10/2024), ketika ratusan pekerja yang tergabung dalam Serikat Buruh Muslim Indonesia (Sarbumusi) melakukan aksi demonstrasi di depan kantor PT PMMP di Situbondo, Jawa Timur.
Mereka menuntut pembayaran gaji yang telah tertunda selama 3-4 bulan serta pesangon bagi karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Aksi tersebut dimulai dari kantor Sarbumusi, di mana para pekerja berjalan kaki menuju pabrik pengolahan udang sambil dikawal oleh aparat dari Polsek dan Polres Situbondo.
Setibanya di lokasi, para pengunjuk rasa melakukan orasi dan menuntut manajemen perusahaan untuk keluar dan menemui mereka. Para pekerja bahkan mengancam akan mendirikan tenda dan memblokir akses jalan raya Pantura jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.