InsidePolitik–Musa Ahmad dan 10 petahana lain yang tumbang di pilkada harus belajar dari kekalahan.
Sebelumnya, Musa Ahmad kerap kali sesumbar bisa memenangkan Pilkada Lamteng dengan mudah.
Aksinya memborong semua rekomendasi parpol termasuk rekom dari PKB yang menaungi rivalnya di Pilkada Lamteng, Ardito Wijaya, ia ‘beli’ juga.
Tapi, Ardito Wijaya yang juga Wabup Lamteng sekaligus Ketua PKB Lamteng tetap ikhtiar sampai akhirnya dapat perahu dari PDIP dan menggandeng politisi senior PDIP asal Lamteng, Komang Koheri.
Di saat Musa Ahmad yakin bisa memenangkan pilkada dengan amat mudah, ia lupa ada kuasa Allah yang melebihi segalanya.
Hasil akhirnya, Ardito Wijaya-Komang Koheri yang jauh lebih santun dan elegan di Pilkada Lamteng bisa unggul telak jauh meninggalkan Musa Ahmad.
Masalah jalan rusak, harga singkong yang anjlok hingga permasalahan internal keluarga Musa Ahmad jadi pemicu kekalahannya.
Demikian juga di Lampung Utara, sebagian besar masyarakat Lampura cenderung mengunggulkan Ardian Saputra-Sofyan di Pilkada Lampura.
Di atas kertas, Ardian-Sofyan disebut bakal unggul berpuluh-puluh persen dan unggul jauh dibanding penantangnya, Hamartoni-Romli.
Di tiap kampanye, massa yang hadir membludak, semua mengelu-elukan Ardian-Sofyan.
Tapi, pasangan Hamartoni-Romli tetap santai blusukan dari satu desa ke desa lain, mengetuk hati masyarakat hingga ke pelosok dengan cara kampanye yang simpatik.
Hasilnya, Hamartoni-Romli berhasil meraih 190.928 suara, unggul jauh dari pesaingnya, Ardian Saputra-Sofyan, yang memperoleh 127.129 suara.
Dari total 328.905 surat suara yang masuk, sebanyak 318.057 dinyatakan sah, sementara 10.848 suara tidak sah.
Demikian juga di Lamsel, petahana Nanang Ermanto-Antoni Imam terlalu menganggap remeh lawannya yang disokong ‘orang pusat’.
Egi-Syaiful yang dibeking Zulhas seolah jadi alternatif pemimpin impian masyarakat Lamsel karena Nanang dianggap gagal memperbaiki infrastruktur yang rusak parah.
Sebagai daerah terluas di Lampung, ruas jalan di Lamsel hancur lebur dan tak kunjung diperbaiki, meski sudah viral namun pemerintah tetap tutup mata.
Upaya kritik juga di-counter dengan sikap sinis dan tudingan berat sebelah bukannya justru introspeksi sebagai pemerintah yang melayani masyarakatnya.
Banyak petahana yang terlalu jumawa dan yakin menang, seperti halnya Musa Ahmad tapi, suara rakyat berkehendak lain.
Sekuat apapun, sebesar apapun modal yang digelontorkan petahana, jika Allah berkehendak lain, tak ada kekuatan apapun yang bisa mencegah dan melawan kehendak Sang Pemilik Semesta.