INSIDE POLITIK— Perekonomian Lampung terus menunjukkan tren positif. Pada Triwulan II 2025, pertumbuhan ekonomi daerah ini menembus angka 5,09 persen year on year, melampaui rata-rata Sumatera. Capaian tersebut menjadi sinyal kuat bahwa hilirisasi komoditas unggulan Lampung bisa menjadi motor pertumbuhan ekonomi berkelanjutan sekaligus fondasi menuju Indonesia Emas 2045.
Momentum itu mengemuka dalam Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi Lampung Triwulan II 2025 yang digelar Bank Indonesia bersama Pemerintah Provinsi Lampung di Ballroom Hotel Novotel, Bandar Lampung, Kamis (11/9/2025). Acara bertema “Sinergi Memperkuat Hilirisasi Komoditas Unggulan sebagai Motor Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan” ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pejabat kementerian, Forkopimda, perwakilan bupati/wali kota, hingga pelaku industri.
Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal yang diwakili Staf Ahli Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Setda Provinsi Lampung, Bani Ispriyanto, menegaskan pentingnya laporan perekonomian yang disusun Bank Indonesia. Menurutnya, laporan tersebut bukan sekadar kajian, tetapi instrumen strategis dalam merumuskan kebijakan berbasis data, potensi, dan prospek pembangunan.
“Lampung tidak hanya tumbuh di atas lima persen, tapi juga punya fondasi kuat di sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Ini harus kita kelola agar tidak hanya berhenti sebagai komoditas primer, tetapi melahirkan produk hilir yang punya nilai tambah tinggi,” ujar Bani.
Sebagai wujud komitmen, dalam 100 hari kerja pertama, Pemprov Lampung telah menyalurkan 24 unit dryer padi serbaguna serta 4 mesin penepung mokaf untuk kelompok tani dan UMKM. Langkah ini disebut sebagai bagian dari upaya memperkuat rantai pasok pangan sekaligus pijakan awal mempercepat hilirisasi.
Dukungan serupa juga datang dari Bank Indonesia. Kepala Perwakilan BI Provinsi Lampung, Bimo Epyanto, menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi Lampung ditopang konsumsi rumah tangga dan industri pengolahan. Ia memproyeksikan pertumbuhan tetap solid pada kisaran 4,6–5,3 persen, dengan hilirisasi sebagai strategi utama meningkatkan daya saing daerah.
“Hilirisasi bukan hanya soal industri besar. UMKM, koperasi, hingga pelaku usaha kecil juga harus dilibatkan agar manfaat ekonomi benar-benar dirasakan masyarakat luas,” ungkap Bimo.
Sementara itu, Sekretaris Ditjen Industri Agro Kementerian Perindustrian RI, Yulia Astuti, menegaskan bahwa hilirisasi adalah pilar dari Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dengan target pertumbuhan industri 7,45 persen pada 2029. Ia menyoroti pentingnya transformasi digital, pengembangan SDM, inovasi berkelanjutan, serta dukungan pembiayaan perkebunan dalam memperkuat industri agro nasional.
“Hilirisasi adalah jalan menuju Indonesia Emas 2045. Lampung punya modal besar, tinggal bagaimana kita bersinergi, baik pemerintah pusat, daerah, akademisi, maupun dunia usaha, untuk mempercepat langkah ini,” kata Yulia.
Forum diseminasi ini diharapkan menghasilkan rekomendasi konkret, tidak hanya menambah literatur ekonomi. Bani Ispriyanto menutup sambutan dengan menyerukan agar hilirisasi dijadikan gerakan bersama.
“Mari kita jadikan hilirisasi sebagai kekuatan kolektif demi kesejahteraan petani, kemajuan industri, dan peningkatan daya saing Lampung, baik di tingkat nasional maupun global,” pungkasnya.***