INSIDE POLITIK— Unjuk rasa yang digelar Aliansi Masyarakat Peduli Petani Singkong Indonesia di depan Kantor Gubernur Lampung pada Senin (5/5/2025) berakhir dengan kericuhan hebat. Aksi yang awalnya berlangsung damai berubah menjadi chaos saat massa memaksa masuk ke area dalam gedung akibat gagalnya audiensi dengan pihak pemerintah.
Ratusan massa dari lima kabupaten dan unsur OKP Cipayung Plus memadati halaman kantor gubernur. Ketegangan memuncak ketika perwakilan demonstran keluar dari ruang audiensi tanpa hasil, memicu kemarahan kolektif peserta aksi.
Batu, kayu, dan benda tumpul melayang ke arah petugas. Barikade pecah. Jeritan dan kepanikan terdengar dari segala arah.
🩺 10 Polisi Jadi Korban, 1 Luka Parah di Kepala
Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Pol Yuni Iswandari Yuyun, membenarkan adanya korban luka dari jajaran kepolisian. Sebanyak 10 personel menjadi korban kekerasan demonstran, dengan luka bervariasi akibat lemparan benda keras.
“Salah satu korban, Bripka Yuli Setiawan dari Polsek Teluk Betung Selatan, mengalami luka robek di kepala dan langsung dilarikan ke RS Bhayangkara,” terang Yuyun.
Delapan personel dari Dit Samapta Polda Lampung mengalami luka di dagu, pipi, tangan, dan leher. Penanganan darurat dilakukan langsung oleh tim medis yang disiagakan di lokasi.
Sementara itu, Bripka Ali Hanafi dari Sat Intelkam Polresta Bandar Lampung terkena lemparan rambu, dan Briptu Rio Candra dari Brimobda Lampung mengalami luka di dagu akibat batu keras.
⚖️ Polda Akan Tindak Tegas Pelaku Anarkis
Kombes Yuyun menegaskan bahwa pihak kepolisian sangat menghormati hak masyarakat untuk menyampaikan pendapat. Namun, aksi anarkis yang berujung kekerasan terhadap aparat tidak bisa ditoleransi.
“Kami telah mengidentifikasi beberapa pelaku pelemparan dan akan menindak tegas sesuai hukum. Negara tidak boleh tunduk pada kekerasan,” tegasnya.
Meski sempat memanas, situasi berhasil dikendalikan menjelang sore hari. Massa perlahan dibubarkan secara bertahap oleh aparat gabungan.***