InsidePolitik–Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro menjawab soal aksi demo pegawai Kemendiktisaintek.
Menurutnya, saat ini dirinya sedang melakukan mutasi besar-besaran.
Menurut Satryo, aksi itu dipicu masalah mutasi. Ia beralasan mutasi yang ia lakukan didasari keinginannya membenahi Kemendiktisaintek. Ini sesuai dengan anjuran Presiden Prabowo Subianto untuk menghemat anggaran pemerintah.
“Demo itu terkait kami sedang melakukan upaya mutasi besar-besaran karena pecahnya jadi tiga menteri, kita perlu banyak orang, kita ingin benahi sesuai amanat presiden harus hemat dengan anggaran pemerintah,” jelasnya.
Satryo menyebut para pendemo mencari hal yang unik agar aksinya menjadi perhatian publik. “Pendemo kan cari sesuatu yang menarik, intinya kita sedang bersih-bersih,” ungkapnya.
Disinggung sebutan menteri pemarah dan suka menampar, Satryo juga membantahnya. “Nggak ada, tidak benar,” tegasnya.
Sebelumnya, para ASN yang melakukan aksi protes membawa sejumlah spanduk yang menyindir Mendiktisaintek Satryo.
“Kami ASN, dibayar oleh negara, bekerja untuk negara, bukan babu keluarga,” isi spanduk yang dibawa pegawai. “Institusi negara bukan perusahaan pribadi Satryo dan istri!” isi spanduk lainnya.
Selain itu ada tujuh karangan bunga yang terpajang di lokasi. Karangan bunga itu bertuliskan ‘Berdiri Bersama Hari Ini Untuk Dikti yang Lebih Baik #LAWAN! #MenteriDzolim#PaguyubanPegawaiDikti’ serta ‘Berlaku Bajik Pada Karyawan Sebelum Mencitrakan Bijak Di Keramaian’.
Ratusan aparatur sipil negara (ASN ) Ditjen Dikti Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menggelar demo di pelataran Gedung D kantor Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), Jakarta, Senin (20/1/2025).
Aksi protes ini menuntut keadilan atas pemecatan Prahum Ahli Muda dan Pj. Rumah Tangga, Neni Herlina, oleh Mendiktisaintek Satryo Soemantri Brodjonegoro.
Mereka kompak mengenakan pakaian serba hitam dan membentangkan spanduk.
“Institusi Negara Bukan Perusahaan Pribadi Satryo dan Istri!” demikian tulisan di spanduk hitam yang dibawa sejumlah pegawai.
Spanduk lainnya berbunyi: “Kami ASN dibayar oleh negara, bekerja untuk negara, bukan babu keluarga.”
Neni yang juga hadir dalam aksi damai ini mengungkapkan pemecatan dirinya terjadi pada Jumat sore, 17 Januari 2025. Saat itu, ia sedang berada di ruangan kerjanya.
Mendiktisaintek Satryo masuk ke ruangan Neni dan langsung memintanya angkat kaki dari ruangan.
“Keluar kamu ke Dikdasmen!’ ‘Bawa semua barang-barang kamu!,” ujar Neni menirukan kalimat yang disampaikan Mendiktisaintek Satryo dengan nada tinggi.
Ia bingung kenapa dirinya tiba-tiba dipecat.
Neni menduga pemecatan itu berawal dari sebuah meja di ruangan Mendiktisaintek Satryo yang mungkin perlu diganti olehnya. “Lalu semua masalah urusan rumah tangga yang terjadi di lapangan, bermuara kepada saya. Sampai saya harus keluar dari institusi ini, Wallahu A’lam Bishawab,” ujarnya.
Menurut Neni , para ASN Kemendiktisaintek tengah dalam tekanan ancaman mutasi.
“Jadi teman-teman saya itu bekerja dalam mencekam ketakutan, jadi tidak ingin ada Neni-Neni yang lain yang dengan semena-mena disuruh pergi begitu saja,” kata Neni.
Ancaman mutasi itu, sambungnya, melanggar HAM.
“Bahwa ini itu tidak adil dan sangat melanggar hak asasi manusia,” tuturnya.
Lalu bagaimana dengan tulisan yang menyinggung istri Mendiktisaintek Satryo di spanduk? Soal ini Neni tak menjawab rinci. Cuma dia mengaku pernah dipanggil istri Mendiktisaintek Satryo dan dimarahi terkait meja di kementerian.
“Iya, waktu itu (ada) permintaan mengganti meja itu dari istrinya (istri Mendiktisaintek), sih. Karena waktu itu ke kantor gitu ya, abis pelantikan beres-beres, katanya, itu kata Sekretaris yang sekarang sudah dipecat itu bilang kayak gitu,” terang Neni. “Saya memang enggak tahu apa-apa cuma besoknya dipanggil gitu aja, dipanggil langsung dimarahi,” tambah dia.
Menanggapi aksi protes ini, Sekretaris Jenderal Kemdiktisaintek, Togar M. Simatupang, menyebutnya sebagai dinamika yang biasa terjadi dalam organisasi. Ia juga menegaskan pihaknya terbuka untuk dialog.
“Sebenarnya masih tersedia ruang dialog yang lebih baik dan ini tetap dengan tangan yang terbuka, pemikiran yang terbuka, dan pencapaian resolusi yang terbaik,” katanya.