InsidePolitik–Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nuraini Rahma Hanifa menyebut potensi megathrust Selatan Jawa kekuatannya bisa menyerupai tsunami Aceh yang terjadi beberapa waktu lalu.
Untuk itu, ia mengingatkan masyarakat supaya lebih waspada terhadap bencana yang bisa datang kapan pun.
Berdasarkan hasil riset, sambung Rahma, segmen megathrust di selatan Jawa termasuk Selat Sunda menyimpan energi tektonik yang signifikan dan dapat melepaskan gempa dengan kekuatan magnitudo dari 8,7 hingga 9,1.
Potensi megathrust dapat memicu gempa besar dan tsunami melalui Selat Sunda sampai Jakarta.
“Potensi megathrust ini dapat memicu goncangan gempa yang besar dan tsunami, yang menjalar melalui Selat Sunda hingga ke Jakarta dengan waktu tiba sekitar 2,5 jam,” jelasnya.
Masih kata Rahma, berdasarkan simulasi yang dilakukan BRIN bersama para peneliti di berbagai institusi, apabila terjadi tsunami maka ketinggian gelombang diperkirakan akan mencapai 20 meter di pesisir selatan Jawa, lalu 3-15 meter di Selat Sunda, dan sekitar 1,8 meter di pesisir utara Jakarta.
Maka dari itu, BRIN menegaskan pentingnya mitigasi dengan pendekatan struktural dan nonstruktural.
Pendekatan struktural meliputi pembangunan tanggul penahan tsunami, pemecah ombak, dan penataan ruang di wilayah pesisir dengan memperhatikan jarak aman 250 meter dari bibir pantai.
”Pembangunan hutan pesisir atau vegetasi alami seperti pandan laut dan mangrove juga bisa jadi solusi berbasis ekosistem untuk meredam energi gelombang tsunami,” jelasnya.
Adapun pendekatan nonstruktural melibatkan kesiapsiagaan masyarakat dengan edukasi mitigasi bencana, pelatihan simulasi evakuasi, juga penyediaan jalur dan lokasi evakuasi yang memadai.
“Kita harus memastikan bahwa masyarakat memiliki pemahaman tentang potensi bahaya tsunami, sistem peringatan dini yang efektif, serta kemampuan merespons dengan cepat,” terangnya.
Ia menerangkan untuk daerah perkotaan seperti Jakarta yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk tinggi dan sedimen tanah yang rentan mengamplifikasi goncangan, maka usaha memitigasi gempa juga mencakup retrofitting atau penguatan struktur bangunan.
“Bencana seperti tsunami Aceh mengajarkan kita bahwa kesiapsiagaan dan mitigasi bencana adalah kunci untuk menyelamatkan nyawa,” pungkasnya.