Sikap KPU Lamtim yang sebelumnya menolak pendaftaran pasangan Dawam Rahardjo-Ketut Erawan menimbulkan pertanyaan. Apalagi, alasan penolakan yang dijadikan dasar oleh KPU Lamtim pun tak substantif. Muncul pula dugaan adanya tekanan dari pihak tertentu.
InsidePolitik–Dibalik upaya Nunik untuk menggiring Pilkada Lamtim agar hanya diikuti satu pasangan calon itu pulalah, yang memicu munculnya gerakan untuk memenangkan kotak kosong di Pilkada Lamtim, yang salah satunya diinisiasi oleh Herwan Acong.
Kotak kosong, menurut Herwan Acong yang juga Koordinator Kampanye #Pilhankukotakkosong Lampung, sangat merugikan masyarakat sebagai pemilih, karena tak memiliki opsi untuk memilih pemimpin yang ideal.
Gerakan pilih kotak kosong ini, lanjut Herwan lagi, sama sekali tak ditunggangi oleh kepentingan kandidat manapun yang gagal maju di Pilkada Lamtim.
“Gerakan ini sebagai bentuk ekspresi dari kekecewaan kami kepada partai politik yang telah gagal dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagaimana amanah Undang-undang tentang partai politik yaitu kaderisasi dan pergantian kepemimpinan,” tegas Herwan.
Masifnya gerakan ini juga ternyata mendapat respon yang tinggi di Lampung Timur, terbukti dalam hasil survey Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI) yang menyebut Ela bakal kalah telak jika melawan kotak kosong di Pilkada Lamtim.
LKPI melakukan survey jajak pendapat yang dilaksanakan pada periode 1-8 Agustus 2024. Populasi survey adalah pemilih di Kabupaten Lampung Timur yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah.
Survey dilakukan pada 1.564 responden yang tersebar di 24 kecamatan dan 240 desa di Lampung Timur dengan metode wawancara tatap muka menggunakan instrumen berupa kuisioner, dengan margin of error 2,48 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Dalam uji simulasi head to head antara Ella Siti Nuryamah versus kotak kosong itu, hasilnya menunjukkan responden yang memilih kartu suara dengan gambar kotak kosong sebanyak 70,3 persen, dan yang memilih Ella Siti Nuryamah 20,6 persen serta tidak memilih 9,1 persen.
Alasan memilih kotak kosong dianggap lebih realistis, karena hampir sebagian besar masyarakat di Lampung Timur tak mengenal Ela Siti Nuryamah, meski ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Lamtim pada periode 2014-2019, namun kiprahnya di masyarakat amat minim.
Tak Punya Pilihan
Namun, pasca kepastian majunya pasangan Dawam Rahardjo-Ketut Erawan di Pilkada Lamtim juga, tak lantas membuat masyarakat yang semula memilih kotak kosong, mengalihkan dukungannya untuk Dawam Rahardjo.
Karena sepanjang periode pertama Dawam Rahardjo menjabat sebagai Bupati Lampung Timur, ia dianggap gagal memajukan Lampung Timur.
Hal ini terlihat dari masih banyaknya persoalan di Lampung Timur, mulai dari tingginya angka kemiskinan hingga buruknya kualitas infrastruktur jalan.
Berdasarkan statistik BPS Lampung per Maret 2024, Kabupaten Lampung Timur berada di urutan kedua tertinggi setelah Kabupaten Lampung Utara, dengan persentase jumlah penduduk miskin sebanyak 13,19 persen atau hanya turun sedikit dibanding tahun 2023 yakni sebanyak 13,80 persen.
Dalam peta kemiskinan ekstrem nasional yang dirilis Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) di bulan Maret 2024, Kabupaten Lampung Timur bahkan masuk dalam salah satu daerah kantong kemiskinan ekstrem.
Salah satu pemicunya adalah anjloknya nilai tukar petani, yang terus menunjukkan tren penurunan.
Kepala BPS Lampung Atas Parlindungan Lubis menjelaskan penurunan NTP terjadi pada subsektor tanaman hortikultura yang berkontribusi sebesar 6,02 persen.
Padahal, berdasarkan data BPS per Maret 2024, Kabupaten Lampung Timur dikenal sebagai sentra tanaman jagung terbesar ketiga di Indonesia, setelah Kabupaten Bone dan Kabupaten Tuban, dengan total luas area budidaya hingga 35.095 hektar.
Kabupaten ini juga menjadi daerah penghasil beras terbesar kedua di Lampung, setelah Kabupaten Lampung Tengah, dengan total luas areal hingga 386.743 hektar atau 12 persen dari total luas wilayah Lampung, dengan rata-rata produksi sebanyak 449.294,90 ton gabah kering giling (GKG).
Minimnya kesejahteraan masyarakat Lamtim ini makin diperparah dengan buruknya kualitas infrastruktur jalan di hampir seluruh daerah di 24 kecamatan yang ada di Lampung Timur, termasuk di Kecamatan Sukadana yang menjadi ibukotanya.
Sejumlah daerah di Lampung Timur, yang tingkat kerusakan jalannya masuk dalam kategori mengkhawatirkan, diketahui tersebar di Kecamatan Sukadana, Labuhan Maringgai, Matarambaru dan Batanghari.
Beberapa waktu lalu, warga Sukadana yang kesal karena jalan yang tak kunjung diperbaiki, melakukan aksi tebar ikan lele di ruas jalan yang berlubang. Aksi tebar ikan lele ini kemudian viral di media sosial dan mengundang cibiran dari warga.
Karenanya, bagi petani jagung seperti Sodik (48), ada atau tidak adanya pilkada di Lampung Timur, tak memiliki dampak apapun untuk kesejahteraan petani seperti dirinya.
Rendahnya harga jagung tiap kali musim panen tiba membuat warga Desa Purwosari, Kecamatan Marga Sekampung ini tak punya ekspektasi yang besar terhadap pilkada.
“Kalau sudah begini, jangankan mikir pilkada, mikir besok apa yang mau dimakan aja sudah pusing,” katanya kesal.
Ia sama sekali tak bersemangat ketika bicara soal Pilkada Lampung Timur.”Ada pilkada atau tidak, sama saja. Kita ya tetap gini-gini aja,” ujarnya.