INSIDE POLITIK — Momentum Tahun Baru Islam 1447 Hijriah dijadikan titik balik peran masjid dalam kehidupan umat. Wakil Menteri Agama RI, Romo R. Muhammad Shafi’i, menyerukan agar masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi “sumber kehidupan” bagi masyarakat.
Pernyataan tersebut disampaikannya saat menghadiri acara Tasyakuran dan Puncak Perayaan Tahun Baru Islam 1447 H di Masjid Darussalam, Kota Wisata, Bogor. Dalam kesempatan itu, Romo Shafi’i menyanjung Masjid Darussalam atas kiprah transformasinya dari masjid eksklusif menjadi inklusif dan terbuka untuk semua kalangan.
“Masjid ini bukan hanya megah secara fisik, tapi juga hebat dalam pengelolaan dan kontribusinya. Dari tempat ibadah menjadi pusat pemberdayaan umat — itu transformasi yang luar biasa,” tegasnya.
Ia mengingatkan kembali fungsi masjid pada masa Rasulullah SAW yang mencakup pembinaan ilmu, ekonomi, pelayanan sosial, hingga kesehatan. “Masyarakat yang butuh modal, pendidikan, atau layanan kesehatan harus merasa bahwa masjid adalah rumah mereka juga,” tambahnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Deddy Mulyadi turut memberi pandangan mendalam mengenai peran spiritual masjid dalam budaya Sunda. Ia mengangkat konsep tajug — simbol rumah spiritual masyarakat — sebagai fondasi nilai hidup yang harus dihidupkan kembali.
“Masjid bukan sekadar bangunan. Itu tempat anak-anak belajar hidup, bukan cuma mengaji. Maka masjid harus mampu menghidupkan jiwa-jiwa yang mulai mati karena jauh dari Tuhan,” ujar Deddy dengan nada reflektif.
Ia juga menyoroti peran masjid dalam mengentaskan kemiskinan, menyebut bahwa sebagian besar tindak kriminalitas bersumber dari ketimpangan ekonomi. “Membangun masjid sejatinya adalah membangun keadilan sosial,” tandasnya.
Acara ini juga menampilkan Festival Adzan Nusantara, sebuah kompetisi adzan bertaraf internasional yang diikuti lebih dari 700 peserta dari berbagai negara. Hengki Haryadi, pembina Masjid Darussalam sekaligus penggagas kegiatan, menuturkan bahwa masjid kini telah mengusung paradigma Islam wasatiyah atau moderat dalam setiap langkahnya.
“Dari tarawih di klaster perumahan tahun 1999, kini kami berdiri sebagai masjid yang diakui nasional. Ini perjalanan penuh syukur,” kata Hengki.
Atas inovasi dan dedikasi tersebut, Masjid Darussalam dianugerahi penghargaan sebagai masjid terbaik tingkat nasional dalam tiga kategori oleh Dewan Masjid Indonesia (DMI).
“Penghargaan ini milik semua yang bekerja dan berdoa bersama. Semoga Masjid Darussalam terus menjadi inspirasi, bukan hanya untuk umat, tapi juga bangsa,” tutup Hengki.***