INSIDE POLITIK– Tim debat SMA Negeri 3 Kotabumi (Smantree) kembali mengharumkan nama sekolah dengan meraih Juara 3 dalam ajang National School Debating Championship (NSDC) dan Lomba Debat Bahasa Indonesia (LDBI) Provinsi Lampung yang digelar di Bandar Lampung, 8-9 Juli 2025.
Bersaing dengan 26 tim dari 15 kabupaten/kota, tim debat Smantree yang terdiri dari Mutiara Faiza Az-zahra, Kanaya Putri Salsya, dan Nejad tampil gemilang. Dalam formasi pembicara Mahmud Ahmadinejad, Kanaya, dan Mutiara, mereka berhasil menembus babak final dan meraih posisi ketiga—mengalahkan banyak tim unggulan dari seluruh penjuru Lampung.
“Ini pencapaian luar biasa dari siswa-siswi kami. Mereka tampil dengan argumentasi tajam, logika kuat, dan percaya diri yang tinggi,” ujar pelatih debat Hanja Aprima, didampingi pembina Nurry Nuryani.
Kepala Sekolah Tak Merespons, Netizen Bertanya-tanya
Di balik euforia prestasi ini, ada satu catatan yang cukup mencolok. Kepala SMA Negeri 3 Kotabumi, Vivi, dilaporkan tidak memberikan tanggapan meski sudah dihubungi terkait keberhasilan siswa-siswinya. Tak ada ucapan selamat atau apresiasi resmi yang disampaikan hingga berita ini diturunkan.
Sikap diam ini pun memicu pertanyaan dari publik dan pemerhati pendidikan: Apakah prestasi siswa tak cukup penting untuk diberi ruang apresiasi oleh pimpinan sekolah?
Debat Bukan Sekadar Lomba, Tapi Wadah Literasi dan Karakter
Ajang NSDC dan LDBI bukan hanya soal menang kalah. Ini adalah panggung penguatan literasi, logika kritis, dan kemampuan berbicara—tiga hal penting dalam membentuk generasi muda yang cerdas dan berdaya saing global.
“Kami bangga jadi bagian dari lomba ini. Semoga bisa terus mewakili Lampung di tingkat nasional,” ujar Mutiara Az-zahra, salah satu pembicara utama.
Harapan untuk Masa Depan
Prestasi ini diharapkan menjadi cambuk semangat bagi siswa-siswi lainnya untuk terus berkembang, dan bagi sekolah untuk memperkuat dukungan terhadap kegiatan non-akademik yang mengasah kemampuan berpikir kritis dan komunikasi.
Semoga ke depan, setiap prestasi siswa tak hanya dirayakan oleh guru dan pelatih, tapi juga oleh seluruh elemen sekolah—termasuk pemimpin tertingginya. Karena apresiasi adalah bahan bakar utama bagi semangat belajar generasi penerus bangsa.***