INSIDE POLITIK- Ancaman malaria yang masih menghantui wilayah pesisir Pesawaran, mendorong Universitas Lampung (UNILA) untuk turun langsung ke tengah masyarakat. Melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), tim akademisi UNILA menyasar Desa Hanura sebagai titik awal gerakan menuju eliminasi malaria.
Sabtu, 19 Juli 2025, Balai Desa Hanura menjadi saksi komitmen bersama antara akademisi dan warga. Ketua Tim PKM, Dr. Endah Setyaningrum, M.Biomed, yang juga dosen Biologi FMIPA UNILA, menegaskan bahwa malaria bukan hanya persoalan kesehatan, tapi juga persoalan lingkungan yang membutuhkan peran aktif warga.
“Desa Hanura merupakan salah satu desa binaan kami. Kasus malaria di sini masih ditemukan, sehingga penting bagi kami untuk hadir membawa edukasi dan solusi berbasis ilmu pengetahuan,” kata Dr. Endah, didampingi Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc, Ir. Salman Farisi, M.Si, dan Drs. M. Kaned, M.Si.
Menurutnya, keberhasilan program zero malaria hanya mungkin dicapai bila seluruh elemen masyarakat ikut terlibat. “Musim hujan membawa risiko tinggi penyebaran malaria karena banyak genangan air yang menjadi sarang jentik nyamuk. Tidak cukup hanya kader malaria, semua pihak harus menjaga lingkungan,” ujarnya.
Kegiatan ini juga mendapat sambutan hangat dari Kepala Desa Hanura, Rio Remota. Ia menyampaikan terima kasih atas perhatian UNILA terhadap kondisi kesehatan warganya.
“Ini bukan hanya tentang mencegah penyakit, tapi menyelamatkan masa depan generasi. Saya dan para kepala desa sekitar berkomitmen mendorong kolaborasi lintas desa agar eliminasi malaria bisa dicapai secara menyeluruh,” ungkap Rio, yang juga menjabat sebagai Ketua APDESI Kecamatan Teluk Pandan.
Ia menekankan bahwa penyakit malaria tak mengenal batas administrasi. Maka, desa-desa tetangga seperti Sidodadi, Cilimus, Gebang, Hurun, Sukajaya Lempasing, dan Batu Menyan harus ikut terlibat aktif dalam gerakan bersama ini.
Lebih jauh, kolaborasi tidak berhenti di tingkat desa. Menurut tim PKM UNILA, dukungan dari Pemkab Pesawaran hingga Pemerintah Provinsi Lampung sangat dibutuhkan. “Semua pihak harus bersatu—baik dinas kesehatan, kehutanan, kelautan dan perikanan, hingga PUPR. Hanya dengan sinergi, mimpi bebas malaria bisa kita wujudkan,” pungkas Dr. Endah.
Dengan semangat kolaboratif dan dorongan ilmiah dari kampus, Desa Hanura kini melangkah menuju harapan baru—desa sehat tanpa malaria, yang tak hanya jadi inspirasi lokal, tapi juga model nasional.***