INSIDE POLITIK- Bukan cuma urusan berkas perkara, Kejaksaan Negeri Tanggamus kini ikut panen—bukan dakwaan, tapi jagung! Melalui program “Jaksa Ikut Menanam”, Kabupaten Tanggamus hari ini sukses menggelar Panen Raya Jagung sebagai bentuk nyata sinergi lintas sektor dalam mendukung swasembada pangan nasional.
Acara yang digelar di lahan seluas 1 hektare hasil tanam sejak 26 Februari 2025 itu tak hanya dihadiri oleh para petani, tetapi juga diwarnai kehadiran tokoh penting seperti Kepala Kejaksaan Tinggi Lampung, Danang Surya Wibowo, S.H., LLM., dan Kajari Tanggamus, Dr. Adi Fakhruddin, S.H., M.H., M.A.
Bupati Tanggamus pun menyampaikan rasa bangga atas perhatian besar institusi kejaksaan terhadap pembangunan daerah. Ia menyebut panen raya ini bukan sekadar seremoni, melainkan bagian dari langkah konkret memperkuat ketahanan pangan dan menumbuhkan ekonomi desa.
“Kalau jaksa saja sudah ikut menanam, masa kepala pekon masih sibuk mencari celah anggaran?” celetuk salah satu warga sambil tertawa.
Kolaborasi Ala Desa: Jagung Panen, Dana Desa Diawasi
Tak berhenti di ladang, kerja bareng Pemkab Tanggamus dan Kejaksaan Negeri diperkuat dengan penandatanganan MoU pengawalan Dana Desa lewat aplikasi Real Time Monitoring “Jaga Desa”. Aplikasi ini dirancang untuk memastikan uang negara benar-benar sampai ke rakyat—tanpa bocor di tengah jalan.
Langkah ini diperkuat dengan penandatanganan Pakta Integritas oleh seluruh Kepala Pekon se-Tanggamus. Sebuah komitmen bahwa program desa bukan tempat eksperimen bagi mereka yang suka main ‘sulap anggaran’.
BUMDes dan BULOG pun digandeng, memperlancar distribusi hasil panen—membuktikan bahwa desa bisa jadi motor pangan nasional asal dikelola dengan niat, data, dan integritas.
Pangan dan Penegakan Hukum Ternyata Bisa Satu Jalur
Program “Jaksa Ikut Menanam” menunjukkan wajah baru kejaksaan: tak hanya hadir saat ada masalah, tapi ikut membangun dari awal. Sinergi ini jadi inspirasi bahwa penegakan hukum tak harus menakutkan—kadang ia hadir dalam bentuk panen, pupuk, dan bibit harapan.
Bupati menutup acara dengan pantun berisi harapan:
“Kalau nanam jangan lupa siram, Jangan lupa jaga dana desa. Jagung panen bukan sekadar gram, Tapi simbol desa yang punya rasa.”***