InsidePolitik–Bertemu di debat perdana Pilwakot Bandar Lampung, cawalkot petahana Reihana sindir Eva Dwiana soal e-KTP, banjir dan hutang Pemkot Bandar Lampung.
Eva Dwiana-Dedi Amarullah yang mendapat banyak sindiran terkait persoalan banjir hingga utang Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung, mengaku tak terlalu mempersoalkan masalah sindiran dari Reihana.
Eva menyebut, penantangnya di Pilwakot Bandar Lampung 2024 ini belum tahu persis persoalan Bandar Lampung serta belum pernah menjabat Wali Kota.
Ia pun mengaku bahwa jalannya debat perdana ini sudah sesuai harapannya.
“Debat ini sesuai dengan harapan, kami menyampaikan yang sudah kami lakukan,” kata Eva
Terkait sindiran masalah hutang, Eva menyebut bahwa utang adalah hal wajar dalam proses pembangunan suatu daerah.
“Enggak apa-apa, karena pemerintah pusat aja ada hutang, provinsi Lampung ada hutang,” kata Eva.
“Kota Bandar Lampung untuk membangun ya memang kita harus membangun dulu, setelah terbangun baru kita bayarkan sesuai harapan yang kita inginkan,” imbuhnya.
Terkait masalah kemacetan, Eva mengatakan jika Fly over dan underpass merupakan salah satu upaya untuk mengurangi kemacetan di Bandar Lampung
“Masalah macet, solusi yang kita tawarkan adalah flyover dan Underpass, nanti jika terpilih lagi, kami akan membangun dua flyover lagi di Bandar Lampung,” imbuhnya
Selanjutnya, soal e-KTP, moderator mulanya membacakan pernyataan kepada Paslon 1 Reihana dan Aryodhia Febriansyah mengenai penilaian Ombudsman mengenai pelayanan e-KTP yang lambat dan suasana kantor yang kurang nyaman.
Saat ditanya solusi atas permasalahan tersebut, Reihana mengatakan akan mengubah bentuk kantor agar pemohon semakin nyaman. Selain itu, dia akan melakukan evaluasi apa saja yang menyebabkan keterlambatan pelayanan.
“Mall pelayanan publik tidak terintegrasi dengan kantor Disdukcapil, oleh karena itu perencanaan program harus ada perencanaan yang teliti, agar pelaksanaannya masyarakat mendapat pelayanan,” katanya.
Menanggapi itu, Eva Dwiana langsung membantah adanya keterlambatan pelayanan. Dia menegaskan, Pemerintah Kota berhati-hati karena banyaknya warga yang ingin pindah ke Bandar Lampung.
“Saya tiap hari keliling ke Disdukcapil, beberapa bulan lalu memang ada keterlambatan tapi modenya kurang, tapi setalah kami lapor ke pusat, pelayanan bisa segera lancar,” jelas Eva Dwiana.
Tetapi, Reihana mengatakan jika ada keterlambatan maka harus segera diberikan solusinya. Jika dirinya terpilih, dia akan memperbaiki dan memberikan sosialisasi mengenai sistem elektronik.
“Kalau masyarakat tidak mengerti tentang sistem elektronik ini bagaimana pelayanan mau cepat. Maka kalau kami terpilih, di lokasi pelayanan tersebut akan ada pegawai yang beri penjelasan. Jangan bilang mau smart city tapi elektronik yang digunakan di bawah Mesuji,” tegas Reihana.