INISDE POLITIK – Sejumlah nama yang dikenal sebagai “orang kepercayaan” Menteri BUMN Erick Thohir satu per satu tersingkir dari kursi strategis di jajaran direksi dan komisaris perusahaan pelat merah. Langkah ini bukan sekadar pergantian biasa, melainkan bagian dari gelombang reformasi yang lebih dalam—dan lebih tegas.
Erick membantah bahwa ini soal politik. Baginya, restrukturisasi adalah bagian dari upaya membangun BUMN yang sehat, profesional, dan bebas dari intervensi pribadi maupun kekuasaan.
“Semua kepemimpinan, termasuk saya, ada waktunya. Ini transisi sehat,” ujar Erick, merespons pergantian Nicke Widyawati dari jabatan Direktur Utama Pertamina, digantikan oleh Simon Aloysius Mantiri.
Profesionalisme vs Kedekatan Politik
Sejak awal menjabat, Erick memperkenalkan kebijakan anti-rangkap jabatan dan anti-konflik kepentingan melalui Permen BUMN No. 11/2021. Ia menekankan bahwa kedekatan personal tak bisa jadi jaminan posisi di BUMN.
“Jangan harap karena kenal, lobi-lobi, lalu berharap dapat jabatan,” tegas juru bicara Kementerian BUMN.
Langkah ini menjadi lebih keras menjelang Pemilu 2024, ketika Erick mewajibkan seluruh direksi dan komisaris yang aktif di tim sukses capres untuk mundur. Imbasnya: sejumlah loyalis Erick pun ikut terdepak karena dianggap tak lagi netral.
Evaluasi Sistemik: Dari Jakarta Sampai Cabang
Tak hanya soal politik, Erick juga menjalankan evaluasi menyeluruh terhadap manajemen BUMN. Melalui workshop, audit, dan kunjungan lapangan, Kementerian BUMN menelusuri langsung kinerja hingga ke cabang.
Arya Sinulingga, staf khusus Erick, menyebut ada blacklist bagi mereka yang terlibat praktik rekrutmen curang.
“Yang main joki rekrutmen langsung masuk daftar hitam,” tegas Arya.
Polemik Pertamina: Blending BBM dan Dugaan Korupsi
Pertamina menjadi fokus utama setelah mencuat dugaan praktik oplosan bahan bakar yang merugikan negara. Erick bergerak cepat, membentuk tim investigasi dan bekerja sama dengan Kejaksaan Agung.
“Kalau memang ada titik oplosan, kita tidak akan tutup mata,” kata Erick.
Langkah ini juga dibarengi konsolidasi lintas kementerian, termasuk dengan Menteri ESDM. Erick membuka peluang merger anak usaha Pertamina dan review terhadap subholding sebagai solusi jangka panjang.
Jalan Panjang Menuju BUMN Sehat
Erick menegaskan misinya: menyehatkan seluruh BUMN. Dari 47 perusahaan pelat merah, hanya tujuh yang masih merugi. Ia berencana memangkas jumlah BUMN menjadi 30 entitas saja, demi efisiensi dan fokus bisnis.
“BUMN harus efisien. Kita tidak bisa terus memelihara yang sakit,” tandas Erick.
Reaksi Publik: Antara Apresiasi dan Kecurigaan
Langkah Erick menuai beragam reaksi. Sebagian memuji sebagai reformasi berani, sebagian lain menuding ada aroma politik dalam setiap pergantian. Namun satu hal yang pasti: Erick tengah menyusun ulang wajah BUMN—dan loyalitas pribadi bukan lagi kunci utama.(SIF)