InsidePolitik–Wapres Ma’ruf Amin mengusulkan pembentukan Dewan Kiai atau lembaga sejenisnya.
Tugas Dewan Kiai ini mengawasi pesantren agar tidak terjadi tindak kekerasan di lembaga pendidikan agama tersebut.
“Nah ini kita minta nanti ada semacam Dewan Kiai untuk mengawasinya, jangan sampai terjadi hal-hal yang seperti itu,” kata Ma’ruf Amin.
Ia menegaskan bahwa ciri pesantren adalah tempat untuk mendidik santri, bukan sebagai tempat melakukan kekerasan.
“Pesantren itu tentu kita awasi dengan dekat, ya. Sebenarnya pesantren yang ada seperti itu kasus (kekerasan), ya, bukan ciri pesantren,” kata dia.
Satu bulan sebelumnya, terjadi kekerasan di salah satu pondok pesantren di Megamendung, Bogor. Seorang santri berinisial M, 17 tahun, diduga telah dianaya oleh seniornya di pesantren tersebut. Akibatnya, badan M melepuh seperti luka bakar.
Keluarga korban melaporkan kasus ini ke Polres Bogor. Kepolisian sudah menanganinya. Tapi kepolisian belum memastikan penyebab luka dari M tersebut.
Menurut Ma’ruf Amin, pesantren merupakan tempat untuk mencetak seseorang menjadi orang yang berakhlak mulia. Sehingga jika ada tindak kekerasan di pesantren, maka pelaku bukan bagian dari santri yang hendak memajukan pesantren.
“Ketika ada kasus (kekerasan) itu, itu penyimpangan. Ini berarti bukan orang pesantren, (bukan) membangun pesantren, bukan santri dia,” kata Ma’ruf. “Kalau santri kan tidak punya watak seperti itu. Jadi, itu ada penyelundupan, penyelewengan. Orang bukan santri menggunakan pesantren, menimbulkan masalah.”
Ia melanjutkan, sampai saat ini keberadaan pesantren masih penting untuk menciptakan orang-orang yang paham agama. “Karena orang yang paham agama itu (adalah) orang yang melanjutkan perjuangan. Karena para ulama ini tidak semuanya hidup selamanya. Dia akan meninggal satu-satu. Harus ada penggantinya,” kata Ma’ruf.