InsidePolitik–Ketum PKB, Cak Imin menolak penuhi panggilan PBNU untuk menindaklanjuti Mandat Tebuireng soal upaya pembenahan PKB.
Hal ini, disampaikan Cak Imin ketika diminta tanggapannya terkait pernyataan Ketum PBNU, Yahya Cholil Staquf yang akan mengundang Cak Imin untuk menindaklanjuti Mandat Tebuireng membenahi PKB.
‘Mandat Tebuireng’ adalah aspirasi yang diklaim PBNU datang dari para kiai untuk mendorong PBNU benahi PKB.
Di sisi lain, Cak Imin anggap para elite PBNU sejak awal tidak sopan.
“Sebenarnya, silaturahmi tak masalah, ngopi bareng juga bagus, asalkan dengan niat dan akhlak baik. Tapi sejak awal tidak sopan dan tidak mencerminkan watak kiai, ya kita harus tolak,” ujar Cak Imin dalam cuitan Twitter @CakiminNOW.
Ia menuding elite PBNU memiliki ambisi dan nafsu berkuasa sehingga telah meninggalkan karakter yang seharusnya dimiliki oleh PBNU.
Selain itu, ia juga menyinggung status sebagai warga NU dan Syuriyah di salah satu ranting NU merasa sedih dengan kelakuan oknum yang membawa nama lembaga mengatasnamakan kiai.
“Secara kelembagaan PBNU dan PKB tidak ada hubungannya. Jangan memanfaatkan hubungan historis dan aspiratif untuk menguasai PKB, Naudzubillah,” katanya.
Hubungan antara PKB dan PBNU belakangan ini terus memanas. Sebelumnya, PBNU menggelar pertemuan dengan para kiai di Pesantren Tebuireng, Jombang beberapa waktu lalu, usai PBNU membentuk tim khusus mengkaji hubungan antara NU dan PKB.
Dalam forum itu, kiai sepakati bahwa ‘Mandat Tebuireng’ untuk disampaikan kepada Rais Aam PBNU untuk membenahi PKB.
Ada dua kesepakatan dalam pertemuan ini. Pertama, para kiai sepakat bahwa Antara PBNU dan PKB memiliki hubungan ideologis, historis-politik, organisatoris dan kultural.
Sedangkan, kesepakatan kedua adalah kiai meminta PBNU segera ambil langkah strategis dalam rangka perbaikan PKB. ‘Mandat Tebuireng’ itu kemudian diserahkan Rais Aam PBNU bersama para kiai sepuh lainnya kepada Gus Yahya di Pesantren Miftachussunnah, Kedung Tarukan, Pacar Keling, Tambaksari, Surabaya, Selasa, (13/8/2024).