InsidePolitik–Meski ditetapkan jadi buron ratusan negara, mantan menhan israel yoav gallant tetap santuy plesiran ke Amerika.
Radio Angkatan Bersenjata Israel melaporkan bahwa mantan Menteri Pertahanan, Yoav Gallant, akan melakukan perjalanan ke Amerika Serikat dalam waktu dekat.
Kabar perjalanan ini muncul kurang dari seminggu setelah Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadapnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan pemimpin Hamas, Mohammed Deif.
ICC merilis surat penangkapan terhadap Gallant, Netanyahu, dan Deif berkaitan dengan agresi brutal Israel ke Jalur Gaza Palestina yang masih berlangsung dan telah menewaskan lebih dari 44 ribu warga terutama perempuan dan anak-anak.
Dikutip Al Jazeera, belum jelas jadwal pasti terkait kunjungan Gallant ini dan untuk agenda apa.
Namun, bisa dipastikan AS tidak akan mengikuti keputusan ICC apalagi membantu mahkamah itu menangkap Gallant. Sebab, AS bukan merupakan negara anggota ICC sehingga tidak berkewajiban menangkap Gallant dan buronan mahkamah lainnya.
Selain itu, AS juga menolak keras surat penangkapan ICC tersebut dan mempertanyakan legitimasi mahkamah itu.
ICC didirikan pada 1998 ketika Statuta Roma ditandatangani. Meskipun AS turut membantu merundingkan perjanjian tersebut, Washington tidak bergabung dengan ICC, yang berarti Washington tidak perlu mematuhi surat perintah penangkapan saat Gallant berada dalam yurisdiksinya.
Saat ini, ICC tercatat punya sekitar 124 negara anggota. Dari jumlah tersebut, 42 negara berasal dari kawasan Eropa, 33 dari Afrika, 29 dari Amerika, dan 20 lainnya berasal dari kawasan Asia-Pasifik.
Oleh karena itu, menurut pengacara ICC, Jonathan Kuttab, semua negara tersebut bisa menangkap Netanyahu dan Gallant jika kedua atau salah satu dari mereka berada di sana. Sebab, sebagai anggota, semua negara tersebut harus mematuhi segala ketentuan dari ICC.