INSIDE POLITIK— Ketegangan geopolitik Timur Tengah kembali memanas setelah Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz, menyusul serangan udara Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklirnya. Meski jauh secara geografis, ancaman ini memiliki dampak langsung dan signifikan bagi Indonesia.
Selat Hormuz: Urat Nadi Energi Dunia
Selat Hormuz merupakan jalur laut strategis yang menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab. Setiap harinya, lebih dari 30% pasokan minyak mentah global melewati selat ini. Jalur ini menjadi andalan ekspor energi dari negara-negara seperti Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, dan Uni Emirat Arab.
Penutupan selat ini—baik secara militer maupun fungsional—bisa mengguncang rantai pasok energi dunia, termasuk ke Indonesia.
Dampak Langsung ke Indonesia
Harga BBM Melonjak
Sebagian besar konsumsi BBM nasional masih bergantung pada impor dari kawasan Teluk. Kenaikan harga minyak dunia bisa memicu:
- Kenaikan harga BBM bersubsidi dan nonsubsidi
- Biaya transportasi dan logistik meningkat
- Inflasi bahan pokok dan kebutuhan rumah tangga
Tekanan terhadap Anggaran Negara
Jika pemerintah mempertahankan subsidi energi di tengah lonjakan harga, beban APBN akan melonjak tajam. Sebaliknya, jika subsidi dikurangi, daya beli masyarakat bisa terpukul.
Gangguan Pasokan LPG
Indonesia mengimpor sebagian besar LPG dari Qatar dan UEA. Jika distribusi terganggu karena konflik di Selat Hormuz, rumah tangga dan industri kecil berisiko mengalami kelangkaan energi.
Stabilitas Ekonomi Terancam
Kenaikan harga energi akan berdampak langsung pada sektor industri, transportasi, dan pertanian. Tekanan ini bisa menghambat pemulihan ekonomi nasional pascapandemi dan menimbulkan ketidakpastian usaha.
Langkah Strategis yang Perlu Diambil
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM dan BPH Migas perlu segera:
- Memperkuat cadangan energi nasional
- Diversifikasi pasokan dari negara di luar Teluk
- Meninjau ulang kebijakan subsidi BBM secara dinamis
- Mendorong energi terbarukan sebagai alternatif jangka panjang
Ancaman Global, Dampak Domestik
Ancaman penutupan Selat Hormuz bukan lagi isu regional, melainkan krisis global yang berpotensi masuk ke dapur rumah tangga rakyat Indonesia. Lonjakan harga minyak, potensi kelangkaan energi, dan tekanan fiskal adalah realita yang perlu diantisipasi secara serius.
Dalam badai geopolitik dunia, ketahanan energi dan kecerdasan kebijakan akan menentukan apakah Indonesia tetap tegak atau ikut terguncang.***