INSIDE POLITIK— Ketegangan geopolitik global melonjak tajam setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara resmi mengonfirmasi serangan terhadap tiga situs nuklir strategis Iran pada Jumat, 21 Juni 2025. Serangan ini—berkode Operation Midnight Hammer—melibatkan lebih dari 100 pesawat tempur, rudal Tomahawk, dan bom penghancur bunker, yang menyasar fasilitas nuklir di Natanz, Fordow, dan Isfahan.
🔻 Dampak Langsung Serangan
- Natanz, fasilitas pengayaan uranium bawah tanah Iran, dilaporkan mengalami kerusakan struktural parah dan kontaminasi radiasi terbatas.
- Fordow, target utama, dilaporkan luluh lantak akibat serangan bom bunker. Citra satelit memperlihatkan kawah besar di lokasi.
- Isfahan, yang menampung fasilitas konversi uranium, dihujani puluhan rudal Tomahawk hingga hancur total.
Serangan ini, menurut pihak AS, bertujuan “melumpuhkan kapasitas nuklir Iran secara presisi dan permanen”. Namun, bagi Teheran, aksi ini adalah deklarasi agresi terbuka.
🔻 Iran Ancam Tutup Selat Hormuz
Menyikapi agresi ini, pemerintah Iran dan Garda Revolusi (IRGC) menyatakan semua opsi balasan kini terbuka. Salah satu ancaman paling serius adalah penutupan Selat Hormuz, jalur vital di mana sekitar 20 juta barel minyak—atau hampir sepertiga pasokan dunia—melintas setiap harinya.
Penutupan selat ini dapat memicu:
- Lonjakan harga minyak hingga menyentuh USD 150 per barel.
- Terganggunya pasokan LNG dari Qatar ke Eropa dan Asia.
- Disrupsi jalur perdagangan global antara Asia dan Eropa.
- Kenaikan biaya logistik, keterlambatan pengiriman, dan inflasi global.
🔻 Negara yang Paling Terancam
- Jepang dan Korea Selatan, yang sangat bergantung pada minyak dari Teluk Persia (lebih dari 80%).
- India, yang mengimpor 60% minyaknya dari kawasan ini.
- China, meski memiliki cadangan strategis, akan terdampak oleh lonjakan harga.
- Eropa Barat, yang kini bergantung pada LNG Qatar, akan terdampak langsung jika pasokan terganggu.
- Negara Teluk seperti Arab Saudi, UEA, dan Kuwait akan kehilangan jalur ekspor utamanya.
🔻 Potensi Eskalasi
Iran berpotensi membalas dengan serangan rudal atau drone ke pangkalan AS di Timur Tengah. Sementara itu, Washington diperkirakan akan mengirim tambahan kapal induk dan armada tempur ke wilayah Teluk untuk mengamankan jalur pelayaran dan merespons setiap ancaman langsung.
⛽ Dunia di Ambang Krisis Energi
Pengakuan terbuka AS atas serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran menempatkan dunia dalam posisi siaga tinggi. Jika Iran benar-benar menutup Selat Hormuz, dampaknya akan menggetarkan pasar global—bukan hanya pada sektor energi, tetapi juga pada keamanan dan stabilitas internasional.
Satu selat sempit, satu keputusan balasan, bisa mengguncang ekonomi dunia.
Kini, mata dunia tertuju pada Teheran dan Teluk Persia.***