INSIDE POLITIK– Ketua Komisi III DPRD Kota Bandar Lampung, Agus Djumadi, memberikan pernyataan tegas terkait banjir besar yang melanda wilayah Panjang pada Senin, 21 April 2025. Agus menyatakan bahwa banjir tersebut bukan sekadar akibat saluran air yang tertutup, tetapi merupakan refleksi dari masalah sistemik yang lebih mendalam dalam tata kelola kota.
“Banjir di Panjang bukan hanya soal tertutupnya drainase oleh tembok Pelindo. Itu hanya salah satu aspek teknis. Kita harus akui bahwa masalah ini muncul karena lemahnya kebijakan tata ruang, buruknya pengelolaan drainase, dan kurangnya koordinasi antar lembaga,” ungkap Agus setelah mengunjungi wilayah Kelurahan Pidada, Panjang, yang terdampak banjir, pada Rabu, 23 April 2025.
Menurut Agus, selain curah hujan yang ekstrem dan aktivitas tambang ilegal, banyak akar masalah lain yang selama ini terlupakan, seperti alih fungsi lahan yang tidak didukung oleh kajian lingkungan yang matang, buruknya sistem peringatan dini bencana, serta kebiasaan masyarakat yang membuang sampah ke saluran air.
“Drainase kita belum mendapat perhatian yang serius dan menyeluruh. Pemerintah kota perlu memperkuat perencanaan berbasis data, termasuk menyusun peta kawasan rawan banjir untuk acuan mitigasi bencana. Tanpa itu, setiap musim hujan akan terus menghadirkan ancaman banjir yang merugikan masyarakat,” lanjut Agus.
Lebih lanjut, Agus menyoroti pengawasan yang lemah terhadap aktivitas pertambangan ilegal yang membuang limbah ke aliran air, serta absennya sistem mitigasi cepat di wilayah padat penduduk.
“Banjir bukan hanya tanggung jawab satu pihak. Pemerintah kota, provinsi, Pelindo, dan masyarakat harus bersama-sama membangun sistem yang berkelanjutan. Jangan saling lempar tanggung jawab ketika bencana datang,” tegas Agus.
Komisi III DPRD, ujar Agus, akan mendorong pembentukan tim audit tata ruang dan drainase, serta meminta Pemkot untuk segera melakukan normalisasi saluran dan memperbaiki sistem peringatan dini di wilayah-wilayah rawan.
“Kami akan memanggil semua pihak terkait. Tidak boleh ada lagi pembiaran. Banjir ini harus menjadi alarm keras bahwa kota ini sedang tidak baik-baik saja,” tutupnya.***