InsidePolitik–Kedaulatan pangan jadi fokus pasangan Arinal-Sutono (Ardjuno).
Dalam pemaparannya, Arinal mengungkapkan bahwa dirinya ingin membawa Lampung menjadi provinsi yang maju, makmur, lestari, dan beradab.
Ia juga menekankan pentingnya Lampung dalam mewujudkan visi kedaulatan pangan nasional, sesuai dengan amanah dari Presiden terpilih.
“Lampung memiliki potensi besar dalam sektor pangan. Provinsi ini adalah penghasil pangan terbesar kelima di Indonesia. Dengan luas wilayah sekitar 3,5 juta hektar, yang mana 30 persen di antaranya merupakan kawasan hutan yang masih terjaga, Lampung memiliki sumber daya alam yang mendukung keberlanjutan sektor pertanian,” ujar Arinal.
Ia menambahkan bahwa sektor infrastruktur dan ekonomi tidak bisa dipisahkan dalam upaya pencapaian kedaulatan pangan. Menurutnya, pembangunan infrastruktur seperti jalan dan transportasi sangat penting untuk mendukung distribusi hasil pertanian yang optimal.
“Jika terpilih, kami berkomitmen untuk membangun infrastruktur transportasi yang lebih baik, termasuk rencana pembangunan jalur kereta api dari Bakauheni hingga Palembang, serta penambahan pelabuhan untuk mendukung sektor perdagangan dan pertanian Lampung,” kata Arinal.
Selain itu, Arinal mengungkapkan bahwa produksi pangan di Lampung saat ini mencapai 3,2 juta ton, meningkat signifikan dari 2,1 juta ton saat ia pertama kali menjabat sebagai gubernur. Ia juga menyoroti kontribusi Lampung terhadap kebutuhan pangan Jakarta yang kini mencapai 50 persen.
“Kami optimis bahwa dengan sumber daya alam yang melimpah dan keragaman budaya yang kondusif, Lampung dapat terus menjadi lumbung pangan bagi Indonesia,” tutup Arinal.
Pasangan Ardjuno berharap dapat melanjutkan program-program pembangunan yang telah dirintis pada periode sebelumnya, dengan fokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan ekonomi Lampung.
Calon Wakil Gubernur Lampung nomor urut 1, Sutono, dalam debat Pilgub menggarisbawahi pentingnya pemberdayaan UMKM dan pelatihan keterampilan bagi masyarakat desa sebagai langkah strategis untuk mengurangi kemiskinan di Lampung.
Ia mengakui bahwa menurunkan angka kemiskinan tidaklah mudah, namun pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat menjadi kunci untuk memperbaiki taraf hidup mereka.
“Menurunkan kemiskinan memang tidak gampang, tapi yang penting adalah kita memberikan keterampilan, bukan hanya bantuan. Kita perlu memberdayakan masyarakat agar mandiri dan bisa mencari penghasilan sendiri. Kami akan memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan, seperti bagaimana cara membuat kerajinan, menambal ban, atau keterampilan lain yang bisa digunakan untuk menambah pendapatan,” kata Sutono.
Sutono menekankan pentingnya meningkatkan produktivitas masyarakat desa, mengingat salah satu penyebab utama kemiskinan adalah ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. Ia percaya bahwa dengan pelatihan yang tepat, baik di sektor pertanian maupun UMKM, masyarakat bisa meningkatkan keterampilan dan pendapatannya.
“Pemerintah daerah harus mengaktifkan sekolah-sekolah keterampilan yang ada. Kita akan memastikan program pelatihan ini benar-benar berjalan, sehingga masyarakat bisa mendapatkan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan ekonomi mereka,” tambah Sutono.
Selain itu Arinal Djunaidi juga menegaskan bahwa sudah saatnya kebutuhan sarana produksi bagi petani di desa dipenuhi tanpa melalui prosedur yang berbelit-belit.
“Sarana produksi harus langsung sampai ke desa. Kita tidak bisa lagi menggunakan istilah-istilah panjang seperti lini 1, 2, 3. Harga pasar juga harus menguntungkan petani. Selain itu, pertanian monokultur perlu kita ubah menjadi pertanian yang lebih terintegrasi dengan tanaman lain untuk meningkatkan kesejahteraan petani,” ujar Arinal.