INSIDE POLITIK – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Yandri Susanto, ngajak Uni Emirat Arab (UEA) buat kolaborasi bareng. Misinya? Bikin desa-desa di Indonesia jadi basecamp ketahanan pangan nasional!
Ajakan ini disampaikan langsung waktu Yandri ngopi bareng Duta Besar UEA untuk Indonesia, Abdullah Salem Al Dhaheri, di kantor Kemendes PDTT. Suasananya hangat, tapi topiknya serius: masa depan pangan Indonesia dimulai dari desa.
“Desa itu ujung tombak. Kalau desa kuat pangan, negara juga aman. UEA bisa bantu dari sisi teknologi dan investasi,” kata Yandri mantap.
Fokusnya? Bukan Cuma Makan, tapi Juga Energi dan Inovasi!
Menurut Yandri, desa-desa di Indonesia punya potensi luar biasa—mulai dari pertanian, peternakan, hortikultura, sampai energi terbarukan kayak biomassa. Nah, ini semua butuh sentuhan teknologi dan kolaborasi.
Salah satu program andalannya: Desa Mandiri Pangan. Tujuannya? Supaya desa bisa mandiri secara pangan—enggak cuma makan, tapi juga tahan banting di tengah krisis iklim dan harga bahan pokok yang kadang naik turun kayak roller coaster.
UEA Merespons Positif: Let’s Go Global dari Desa!
Dubes UEA Al Dhaheri antusias banget. Katanya, kerja sama ini bisa jadi contoh global soal bagaimana negara bisa bareng-bareng cari solusi lokal buat isu besar kayak krisis pangan.
“Kami tertarik banget kerja sama dengan desa-desa di Indonesia. Banyak banget potensi lokal yang bisa dikembangkan bareng,” ujarnya.
Langkah Nyata: Mulai dari Studi, Gas ke Proyek Pilot
Gak mau cuma wacana, kedua pihak langsung sepakat buat bentuk tim teknis gabungan. Mereka bakal survei desa-desa potensial, mulai dari mana yang siap jadi lokasi pilot project. Fokusnya: teknologi pertanian, pelatihan petani muda, dan infrastruktur berbasis inovasi.
Proyek ini akan menyasar desa-desa yang rawan krisis pangan, terutama yang ada di wilayah timur Indonesia. Targetnya? Bukan cuma bantu dari sisi gizi, tapi juga upgrade ekonomi warga desa lewat UMKM dan inovasi lokal.***