NGAKAK POLITIK
INSIDE POLITIK- Di tengah harga cabai yang makin pedas dan sinyal Wi-Fi yang suka ilang pas Zoom rapat, muncul satu wacana politik yang sukses bikin rakyat terbelalak dan ketawa geli: pemakzulan Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden. Iya, serius, anaknya Jokowi itu. Baru juga duduk belum panas, eh udah digoyang!
Kalau kamu pikir ini cuma drama FTV, sayangnya bukan. Ini benar-benar nyata dan serius. Tapi lucunya, saking seriusnya, malah jadi bahan ketawa nasional.
Babak 1: Surat Cinta dari Purnawirawan
Awal ceritanya datang dari para purnawirawan TNI yang mengirim surat resmi ke DPR dan MPR. Isinya? Tuntutan pemakzulan Gibran. Mereka bilang proses Pilpres 2024 cacat moral, etika, dan logika. Waduh, lengkap sudah. Tinggal nambahin “cinta” jadi kayak surat penolakan lamaran.
Tapi tunggu dulu, ini bukan surat kaleng. Disusun rapi, pakai pasal UUD 1945 segala. Mereka ngutip Pasal 7A, yang bisa jadi jalan tol buat makzulin Wapres kalau terbukti ngelakuin pelanggaran berat. Katanya sih, ini demi menjaga marwah demokrasi. Tapi netizen bilang: “Ini demi menjaga rating drama politik tanah air!”
Babak 2: Rocky Gerung Turun Gunung
Tak lengkap rasanya dunia politik tanpa Rocky Gerung. Seperti biasa, gaya ngomongnya meledak-ledak dan penuh istilah filsafat. Katanya, pemakzulan ini bukan sekadar soal hukum, tapi juga “noblesse oblige”. Artinya, seorang pejabat tinggi harus punya kehormatan lebih tinggi. Gak bisa asal cengar-cengir doang sambil bikin TikTok.
Rocky juga menyindir soal akun misterius “Fufufafa” yang katanya jadi alat propaganda. “Ini kebohongan berlapis,” katanya. Netizen bingung: ini ngomongin negara atau ngomongin kulit lumpia?
Babak 3: Gibranku Teriak Konspirasi
Tak mau kalah, Sekjen komunitas pendukung Gibran—dengan nama yang cukup meyakinkan: Gibranku—ikut bersuara. Katanya ini semua ada yang orkestrasi. Wah, udah kayak simfoni Beethoven, semua pihak main alat masing-masing. Tapi sayang, gak ada yang nyetem dulu, jadi hasilnya lebih mirip dangdut remix daripada simfoni.
Sekjen Gibranku yakin Gibran ini dijegal. Tapi banyak pihak bilang: “Loh, siapa yang jegal? Wong dia naiknya juga pake eskalator istimewa.”
Babak 4: Parlemen Masih Ngopi
Sementara rakyat debat di medsos, purnawirawan kirim surat, Rocky ngomel, dan buzzer saling blokir, apa kabar DPR dan MPR? Ya… masih tenang. Surat sudah diterima, tapi belum ada tanda-tanda bakal dibahas serius.
Ya wajar sih. DPR kalau gak lagi ribut soal RUU yang aneh-aneh, ya biasanya lagi reses. Sambil ngopi, nunggu arahan, nunggu survei, atau nunggu yang lain yang lebih trending.
Babak 5: Netizen Jadi Juri Demokrasi
Di tengah keruwetan ini, netizen tetap jadi komentator paling aktif. Ada yang bilang Gibran harus bertanggung jawab karena dianggap “naik kelas” tanpa ujian. Ada juga yang bela: “Baru juga jadi Wapres, kok udah dimakzulin? Kasian, belum sempat setting Wi-Fi di kantor.”
Yang jelas, suasana politik kita sekarang lebih seru dari sinetron jam prime time. Isu besar datang dari pintu yang gak biasa. Dan kayak biasa juga, semuanya saling tuduh sambil bilang, “Saya difitnah!”
Ngakak Tapi Tetap Waspada
Wacana pemakzulan Gibran ini serius. Tapi saking banyaknya drama dan akrobat politik di dalamnya, rakyat gak bisa menahan tawa. Ini negara demokrasi, tapi kadang jalan pikirnya kayak nonton sirkus: banyak atraksi, tapi gak tahu siapa yang benar-benar pegang kendali.
Jadi, selamat menyimak kelanjutan sinetron ini. Entah nanti akan ada episode “Sidang Paripurna Berdarah” atau “MK Kembali Beraksi”. Yang penting, kita tetap waras, tetap ngakak, dan tetap sadar: demokrasi itu bukan panggung dagelan. Tapi kalau para pemainnya kelakuannya lucu, ya kita cuma bisa bilang: NGAKAK POLITIK!(RIF)